Mengapa Aku Terus Melanjutkan Studi? (Part 2)

Fast forward beberapa tahun kemudian, aku berhasil lulus dari ITB pada tahun 2012. Lalu aku melanjutkan studi master ke Belanda dengan full beasiswa pada tahun 2014 kemudian lulus tahun 2015. Masa-masa studi master kemudian membuatku goyah.

Aku menghadapi suatu masalah saat aku sedang menyelesaikan studi masterku. Di akhir studiku, saat aku sedang mengerjakan master’s thesis, aku dihadapkan kenyataan bahwa studi masterku harus mundur karena software yang aku gunakan untuk menyelesaikan algoritma habis license-nya di kampusku. Belum lagi memang mungkin akunya saja yang lambat. Akhirnya thesisku harus mundur satu bulan. Sebagai efek, studi masterku harus mundur juga satu bulan.

Thesis mundur, lulus mundur, artinya aku harus bayar lagi tuition fee untuk tahun ajaran baru untuk kemudian di-reimbursed prorate sesuai dengan masa studiku. Bayangkan. Saat itu aku freshgrad yang dengan nekatnya melaju berangkat ke negeri jauh dengan beasiswa, walau tentu aku dibekali tabungan oleh keluargaku, harus dihadapkan pada kenyataan bahwa aku harus membayar tuition fee sebesar 18,000EUR. Haha. Sebanyak-banyaknya tabunganku juga tidak akan pernah cukup. Belum lagi aku juga stress karena thesisku yang mundur. Doing research is hard, let alone the loneliness.

Aku yang sebelumnya sangat yakin ingin berkecimpung di dunia akademik dan menjadi dosen, saat itu langsung mengubur semua impian karena aku merasa.. dunia akademik, riset, dan ini semua.. berat sekali.

Walau kemudian masalah yang kuhadapi itu terselesaikan. Pihak penyandang dana beasiswaku berhasil diyakinkan oleh pihak fakultas bahwa keterlambatanku ini bukan salahku, melainkan karena sistem. Akhirnya institusi penyandang beasiswaku mau menanggung tambahan tuition fee untukku.

Setelah aku lulus master, aku mencoba peruntungan dengan mendaftar pekerjaan di bidang lain selain akademik. Tentu karena aku saat itu sedang berada di titik menyerah dengan dunia akademik, aku juga sedang men-challenge diriku untuk menemukan jawaban apa yang sebenarnya kumau.

Tapi, nurani tidak bisa dibohongi. Akhirnya aku menyadari kalau aku lebih nyaman, sangat nyaman di dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Maka, ketika kesempatan itu ada untukku berkontribusi, aku kembali masuk sebagai tenaga pengajar. Sekolah lagi bukan hanya untuk mewujudkan cita-cita masa kecilku, tapi juga sebagai sebuah keharusan jika aku ingin maju dan terus bisa lebih mengabdi.

Advertisement

One thought on “Mengapa Aku Terus Melanjutkan Studi? (Part 2)

  1. Pingback: PhD Application – The Beginning – Slice of Life

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s