Setelah urusan visa selesai dan tinggal menunggu, hal yang bisa dilakukan berikutnya hanyalah menyiapkan hal-hal untuk keberangkatan dan kepindahan. Salah satunya adalah packing. Memilih barang-barang apa aja yang mesti dibawa dan tentunya mengepaknya dengan seefektif dan seefisien mungkin.
Walaupun kepindahanku untuk 6 tahun ke depan insyaAllah, tapi aku gak bawa banyak barang. Aku hanya bawa barang sebanyak yang masuk ke jatah bagasi pesawat, yaitu sekitar 32 kilogram. Kenapa? Karena:
- Pada dasarnya memang aku gak punya banyak barang. Kehidupan pernikahanku selama 5 tahun sebelumnya yang memang banyak pindah-pindah mencegah hatiku untuk beli banyak barang. Karena aku udah kapok pindahan dengan banyak barang. Akhirnya aku jadi lebih mindful kalau beli barang-barang.
- Kalau pun aku butuh sesuatu, aku rasa aku bisa membelinya di negara tujuan. Loh kalau gitu sayang dong barang-barang yang di Indonesia? Untuk furnitur dan barang elektronik, kembali ke rumah orangtua. Jadi gak ada yang sayang, karena masih bisa dipergunakan.
Jadi pada dasarnya aku hanya bawa:
- Pakaian sesuai musim saat kita sampai, cukup untuk dua minggu atau satu bulan. Lagi-lagi aku juga gak punya banyak baju dan gak merasa harus bawa banyak baju. Pengalaman dulu pindah ke Belanda, aku juga hanya bawa 7 pasang baju dan aku bisa survived sebulan pertama. Karena belum tentu pakaian yang kita bawa dari Indonesia akan cocok dengan musim dan cuaca di negara tujuan. Waktu aku berangkat kemarin, baru memasuki musim gugur. Jadi aku bawa beberapa sweater dan jaket. Ini aja udah makan tempat karena lumayan tebal, jadi gak bisa bawa banyak. Oh ya, aku kemarin minimal bawa 2 jenis pasang untuk tiap kebutuhan. Baju kerja, baju rumah, baju main. Tapi, kalau bisa ya yang multi-fungsi ya. Sepatu juga gitu. Aku bawa masing-masing satu sepatu boots, sepatu keds, flat shoes, dan sandal. Kalau space gak cukup, bawa aja sepatu yang bakal kepake di musim pas kita datang. Yang lainnya bisa cicil dibeli sambil jalan liat cuacanya gimana. Menurutku, kalau belum punya boots atau winter jacket, gak usah banyak-banyak beli di Indonesia. Lebih baik beli di negara tujuan karena: 1) lebih banyak pilihan, 2) kita udah merasakan cuacanya gimana jadi bisa mengukur seberapa tebal yang kita butuhkan. Aku kemarin gak beli apparel baru, semuanya bawaan dari waktu aku di Belanda dulu. Bahkan suamiku memakai jaket punyaku saat berangkat, baru beli yang punya dia beneran pas sudah sampai di sini.
- Hal-hal krusial yang gak bisa aku dapatkan di negara tujuan. Misalnya: kerudung dan segala macem aksesorisnya, alat sholat dan segala aksesorisnya. Atau bisa juga sapu lidi kasur (tapi sebenarnya bisa diganti dengan roller), guling, bidet (karena gak akan ada jualannya, terutama di EU hahaha).
- Baju khas kenegaraan. Karena kadang-kadang suka ada acara kebudayaan atau acara di Kedutaan yang menuntut kita pakai baju adat.
- Alat mandi dan sebagainya untuk 1-2 minggu pertama, atau 14 hari kalau harus karantina.
- Obat-obatan dasar dan obat-obatan spesifik sesuai dengan kondisi kesehatan. Ini aku hampir bawa setengah koper kabin karena aku punya obat untuk kondisi badanku + karena pandemi aku bawa segala macem persenjataan untuk tetap sehat dan jaga-jaga pertolongan pertama. Alhamdulillah lewat dengan lancar. Untuk obat-obatan yang spesifik, sertakan prescription dari dokter (dalam bahasa Inggris atau bahasa lokal negara tujuan kalau bisa). Supaya kalau di bandara dicek, kita punya dasar. Dan misalnya kita mau lanjut pengobatan di negara tujuan, ada surat pengantar dari dokter.
- Dokumen-dokumen penting. Yang sudah dilegalisasi, difotokopi, discan dan disimpan dengan baik di drive. Kalau bisa dokumen-dokumen ini disimpan di tempat yang mudah dijangkau. Jadi kalau ada pemeriksaan di imigrasi, gak panik karena disimpan di koper bagasi. Juga mencegah kalau-kalau bagasi hilang. Kalau aku kemarin, dokumen-dokumen inti (kontrak kerja, syarat visa, dll) aku simpan di ransel. Sisanya disimpan di koper kabin. Tetap harus mudah dijangkau.
- Bahan makanan untuk seminggu-dua minggu pertama. Tentu saja kalau baru sampai, hal pertama yang ingin dilakukan adalah istirahat dan makan. Dan gak akan ada waktu untuk beli ini itu, apalagi bahan makanan. Apalagi kalau harus karantina. Stok makanan penting. Kalau bisa bawa yang kering-kering aja. Misal pun bawa makanan, aku sarankan bawa yang ada list ingredients-nya. Bukan rendang bikinan rumah, misalnya. Karena, kalau kena pemeriksaan di bandara, kita bisa buktikan kalau makanan ini aman gak ada yang aneh-aneh. Kalau rendang dalam tupperware, gimana buktiinnya? Satu catatan, sewaktu di penerbangan bisa simpan salt, pepper dan butter yang disediakan dari makanan di pesawat. Lumayan untuk persenjataan makanan saat harus masak selama karantina tapi belum punya bumbu.
- Kacamata cadangan, kalau pengguna. Karena kita gak tau apakah asuransi negara tujuan cover kacamata atau ngga. Kalau mau service kacamata murah atau ngga. Jadi baiknya bawa 2 kacamata.
- Converter. Sebelum berangkat pastikan jenis colokan kabel negara tujuan. Sama atau ngga dengan yang di Indonesia. Kalau beda jadi baiknya beli converter. Kalau gak yakin, beli universal converter.
Apalagi ya? Kayaknya itu yang penting dan krusial. Sisanya ya kalau space bagasi masih masuk aja.
Aku rasa, setelah hidup banyak pindah-pindah, prinsipnya adalah cobalah hidup sebisa mungkin seperti orang lokal. Gak usah terlalu melekat dengan barang-barang tertentu kecuali yang prinsip. Karena bertahan hidup banyak caranya.