Mencari Akomodasi di Liège (Serial Pindahan)

Di tahun kedua kehidupan kami di Liège, kami memutuskan untuk pindah apartemen. Beberapa alasannya adalah: 1) Kenaikan rent fee di apartemen yang lama, dan 2) Fleksibilitas dan upgrade kenyamanan. Karena ternyata seribet itu mencari akomodasi di Liège, sepertinya tulisan ini akan menjadi serial (doakan aku istiqomah dan punya waktu untuk selalu update ya!)

Adalah suatu keniscayaan bahwa rent fee akan naik setiap tahun akibat inflasi. Tetapi, di Eropa ini sedang mengalami kenaikan harga energi yang sangat tajam di semester akhir tahun 2021 ini (bisa baca di tautan ini dan ini). Pada akhirnya, harga sewa bulanan apartemen kami saat ini naik sampai EUR100 !!! Kalau ditotal bisa hampir 1,000EUR. Sungguh kenaikan yang… lumayan yaa! Sebenarnya apartemen yang kami tempati ini bisa dibilang nyaman, semuanya ada dan dekat ke pusat perbelanjaan serta transportasi publik. Setiap bulan kami hanya bayar sekali dan sudah termasuk pembayaran listrik, air, internet dan penggunaan penghangat ruangan (yang mana biasanya kalau di apartemen pada umumnya bayarnya sendiri-sendiri). Pun di apartemen ini sudah lengkap dengan berbagai furnitur dasar bahkan tersier.

Tapi.. yang namanya manusia gak pernah puas ya. Selalu kepingin lebih. Lebih yang kami cari saat ini adalah: lebih besar, lebih fleksibel, terutama lebih dekat ke kampus/kantor kami. Apartemen kami saat ini ukurannya 50-55sqm, dengan furnitur yang sudah ada dari sananya, kami gak punya cukup ruang untuk ‘bermain’ dengan apartemen ini. Tidak bisa menambah barang ataupun furnitur apapun karena sudah cukup penuh. Akhirnya kami jadi pikir-pikir banget kalau mau beli barang, kalau tidak mau pusing lihat rumah penuh dan berantakan. Untuk jangka panjang, rasanya skema ini tidak cocok untuk kami yang berencana untuk tinggal lumayan lama karena aku sedang studi doktoral.

Terkait lokasi, sebenarnya apartemenku berada di pusat kota. Namun, kampus dan kantorku berada di pusat kota lainnya di Kota Liège. Setahun pertama di sini gak ada masalah karena semua kegiatan banyaknya dilakukan di rumah. Setelah covid measures perlahan-lahan mulai relaks, kok baru kerasa ribetnya ya? Bis di Liège ini agak kurang reliable alias gak tepat waktu. Kadang-kadang harus lari-lari karena jadwal bis yang gak pasti, atau ujung-ujungnya jalan kaki aja karena nunggu bis terlalu lama eh pas sampai penuhnya gak ketulungan! Yang kasihan sebenarnya suamiku, karena dia kuliah di luar kota. Kadang-kadang harus berangkat pagi-pagi banget dan pulangnya sudah malem banget. Seringkali jadinya dari rumah ke stasiun harus jalan kaki. Hanya 30 menit sih, tapi kalau malam hari di musim dingin ya lumayan juga!

Area rumah kami juga setelah kami sadari adalah area imigran. Bukannya mau rasis, tapi gak bisa dipungkiri area ini gak ‘serapi dan sebersih’ area warga lokal. Kadang kalau harus jalan kaki malam-malam sendirian kurang nyaman untukku.

Dengan alasan-alasan itulah kami akhirnya memutuskan untuk pindah.

Sungguh, terkait pindahan ini bukan hal yang mudah. Ada saja setiap hari yang bikin aku gak tenang sampai-sampai selama 1.5 bulan terakhir ini aku sering tidak bisa tidur atau terbangun di malam hari. Kayaknya aku jadi cemas berlebihan secara gak sadar.

Mencari apartemen hari gini di Liège cukup tricky karena kami harus berkompetisi. Terlebih pada saat musim panas lalu, Liège diterjang banjir bandang, yang menyebabkan banyak orang kehilangan rumah dan harus mencari tempat tinggal sementara sampai rumah mereka selesai direnovasi. Akhirnya situasi sewa properti di Liège menjadi sangat kompleks, dan pemilik properti jadi ‘semena-mena’ menaikkan harga sewa karena supply <<<<< demand.

Apartemen yang kami cari saat ini adalah apartemen yang unfurnished dan kira-kira bisa dipakai untuk ‘membangun keluarga dan rumah tangga’. Enam tahun pernikahan rasanya pelan-pelan aku kepingin bisa settle dan gak banyak pindah-pindah lagi. Jadi pelan-pelan dicoba sampai ada rezeki bisa punya rumah sendiri.

Saat mencari apartemen kali ini kami baru tau bahwa skema kontrak sewa properti di Belgia ini yang umum adalah skema kontrak jangka panjang, atau yang biasa disebut The 3-6-9 agreement. Skemanya adalah 3 tahun pertama kita akan menyewa dengan kontrak 1 tahun yang akan diperpanjang sebanyak 3x. Kalau kita putus kontrak di tahun pertama, maka kita harus bayar penalti sebanyak 3 bulan rent fee. Kalau putus kontrak di tahun kedua, kena penalti 2 bulan rent fee. Putus kontrak di tahun ketiga, penalti 1 bulan rent fee. Setelah 3 tahun pertama, kita akan punya kontrak jangka panjang selama 9 tahun (!!!!), di mana kalau di tengah-tengah kita berhenti kontrak tidak akan kena penalti.

Awalnya aku dan suami heran, kok ada ya orang yang sewa rumah/apartemen sampai bertahun-tahun gitu? Kiranya ada rezeki, kenapa gak beli aja?

Setelah usut punya usut beberapa alasannya adalah:

  1. Tidak semua orang punya kemampuan untuk membeli properti
  2. Tidak semua orang punya kemauan untuk membeli properti

Kalau mau beli properti di Belgia juga bisa dengan skema KPR. Terkait kemampuan, tidak semua orang punya kemampuan untuk DP pembelian properti (walaupun beberapa bank memberikan keringangan DP 0% dengan syarat tertentu), juga tidak semua orang bisa memenuhi syarat untuk bisa diterima pengajuan KPR-nya. Sama lah seperti di Indonesia, untuk bisa dapat pinjaman kredit rumah harus memenuhi syarat-syarat tertentu (kontrak kerja yang jelas, gaji bulanan yang mencukupi, dll). Banyak orang di Belgia mungkin yang tidak bisa memenuhi syarat tersebut, misal: kerjanya freelance/part-time, secara nominal gaji bulanan tidak cukup, kalaupun cukup tapi anggota keluarga yang dibiayai juga banyak, dll. Jadi untuk kasus seperti ini maka menyewa properti bisa jadi pilihan.

Pun untuk orangtua atau lanjut usia. Untuk lansia yang tidak punya rumah sendiri, maka sudah tidak bisa lagi mengajukan peminjaman kredit ke bank karena faktor usia. Maka sewa rumah/apartemen jangka panjang menjadi pilihan yang tepat.

Terkait kemauan, banyak orang juga yang tidak mau membeli properti karena merasa tidak ada benefitnya. Tidak seperti di Indonesia yang kalau kita punya rumah barangkali bisa diturunkan ke anak-cucu atau jadi investasi. Hal ini tidak selalu umum di Belgia. Tidak semua anak mau diwariskan rumah karena kadang malah jadi menambah urusan. Atau tidak semua orang punya anak jadi kalau meninggal rumahnya mau diapakan?

Setelah mengetahui faktor-faktor ini, aku jadi paham kenapa skema yang umum adalah kontrak jangka panjang. Tapi hhh… tidak sesuai dengan kebutuhanku :’)

Skema kontrak berikutnya adalah short term contract, yang mana yang dimaksud dengan short term contract itu adalah 3 tahun (hahaha!). Aku masih belum jelas kalau kita bail di masa kontrak tiga tahun itu penaltinya bagaimana.

Untuk sewa satu tahun tentu saja masih ada. Apartemenku yang sekarang juga satu tahun, bahkan awalnya kita sewa 4 bulan. Namun, untuk unit yang bisa disewa <1tahun ini biasanya memang kurang decent untuk ditempati jangka panjang (misalnya: ukuran unit kecil, fasilitas kurang lengkap, etc). Ya karena memang untuk sementara, jadi buat apa nyaman-nyaman banget? Make sense.

Masalahnya, karena aku dan suami kepingin tinggal di apartemen yang cukup nyaman untuk keluarga (aku masih prefer apartemen dibanding rumah, karena aku merasa kalau rumah lebih banyak yang diurus hehe), maka kebanyakan apartemen yang menarik perhatian kami itu meminta either kontrak 3 tahun atau kontrak 3-6-9. Sebagai foreigner, tentu kami jadi ragu. Kalaupun kami mau ambil kontrak yang tiga tahun, kami belum berani. Gimana kalau kami ternyata gak betah? Kalau setelah ditempati ternyata gak cocok? Masa sih gak dikasih periode trial?

Tapi karena waktu semakin mepet (kurang dari sebulan kami harus pindah), maka kami masih membuka opsi kepada apartemen yang menawarkan sewa langsung tiga tahun. Tapi, kami tidak mau membuka opsi untuk kontrak 3-6-9. Lha wong saat ini kontrak kerjaku hanya 6 tahun (dengan skema diperpanjang per dua tahun), mana aku berani?

Masalah berikutnya yang muncul adalah kendala bahasa. Kami juga baru menyadari kalau di Belgia ini orang-orang lebih suka telefon dibanding komunikasi tertulis (email/SMS). Padahal ini kurang nyaman bagi kami karena: 1) kami belum lancar-lancar amat bahasa Perancis, 2) dan kalau telfon jadi tidak ada bukti tertulis atau apapun yang disampaikan.

Awalnya cukup gemes karena kalau mau tanya-tanya soal unit yang ada di iklan lama banget nunggu jawaban kalau di email, atau bahkan gak dibales sama sekali :”). Kami harus telefon, beneran. Dan untuk hal ini, kami jadi bergantung banget sama orang lain. Minta tolong sama kolega di kantor untuk nelfonin, di mana kalau telefon harus di jam kerja, kan jadi ganggu waktu kerja orang lain. Duh, hal ini bikin sakit kepala beneran!

Oh ya soal kompetisi! Untuk sewa apartemen yang serius seperti ini, ada kompetisinya. Biasanya kita akan visit ke unit yang kita sasar. Biasanya visitasi dilakukan berbarengan bersama calon penyewa lainnya, namun karena covid measures seringnya kami visit sendiri-sendiri dengan durasi sekitar 15-20 menit. Saat visit yang harus dipastikan adalah: PLEASE DRESS UP! Haha. Aku belajar dari video Gita Savitri, kalau kita harus tampil sekeren mungkin supaya calon landlord yakin kita orang ‘mampu’ dan bisa bayar sewa bulanan untuk unit tersebut.

Nanti setelah visit, kita akan disuruh isi form yang isinya tentang data diri dan anggota keluarga, jumlah gaji (nett) serta besaran rent fee saat ini. Biasanya form ini disubmit bersama slip gaji dan bukti pembayaran rent fee tiga bulan terakhir. Intinya untuk mengevaluasi apakah kami layak untuk menjadi tenant selanjutnya.

Sungguh ini bikin deg-degan karena kami foreigner, kami takut kalah dibanding warga lokal. Gak bisa dipungkiri bahwa landlord barangkali akan memilih warga lokal. Bukan rasis, tapi ya karena udah saling paham aja sepertinya.

Dan karena proses visit ini kami jadi gak pernah liburan atau istirahat. Barangkali ini juga yang bikin aku menjadi cemas, karena selalu hustle. Setiap hari Sabtu kami keliling Liège untuk cek lokasi dan visit, dan di hari Minggu kami beberes rumah dan foodprep. Jadi blass, satu setengah bulan terakhir hidup kami gak ada istirahat dan refreshing :”)

Sampai hari ini kami sudah visit hampir 10 unit, dan baru 1 yang kami apply. Karena sisanya setelah didatangi kurang sesuai dengan preferensi kami. Apakah kami terlalu picky? Entahlah.. Kami masih punya waktu sekitar 2 minggu lagi untuk mencari. Semoga bisa dapat ya! Kalau belum, terpaksa kami harus tinggal di AirBNB untuk untuk sementara :”)

Advertisement

One thought on “Mencari Akomodasi di Liège (Serial Pindahan)

  1. Pingback: Slice of Life

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s