Mencari Akomodasi di Liège (Serial Pindahan) – FIN

Aku pikir serial pindahan yang kemarin kutulis akan jadi serial yang panjang dan penuh lika-liku, ternyata nggak :))). Penuh lika-liku iya, tapi ternyata nggak sepanjang itu. Gak jadi cerita yang panjang bukan karena kami dengan cepatnya berhasil mendapatkan apartemen yang mau, tetapi karena dengan cepatnya kami harus menyerah dan akhirnya gagal.

Seperti yang sudah kutuliskan di postingan sebelumnya, kali ini kami berusaha mencari apartemen yang sebenarnya. Sebuah apartemen kosong yang kami harus pelan-pelan mengisinya dengan furnitur dan juga kehidupan. Ternyata untuk menyewa apartemen seperti ini, proses aplikasinya begitu…..sulit.

Apartemen yang kami tempati sejak kami tiba di sini menawarkan kontrak dalam bentuk kot. Pada dasarnya, kot adalah student housing atau unit yang disewakan untuk student. Beberapa fitur dari kot di antaranya adalah: jangka waktu sewa umumnya kurang dari setahun, unit sudah dilengkapi dengan furnitur, dan tidak bisa domiciliation atau mendaftarkan alamat untuk residence permit. Untuk kasus kami, kami menego landlord kami agar kami dapat menggunakan alamat apartemen tersebut untuk domiciliation, Alhamdulillah-nya boleh. Biasanya students tidak butuh domiciliation adalah student lokal, karena mereka sudah terdaftar di alamat rumah keluarga masing-masing. Tapi, sebagai foreigner tentu kami butuh alamat untuk domiciliation.

Bisa dibilang kontrak kot ini seperti kos-kosan kalau di Indonesia. Kami mendapatkan kot/apartemen ini dari website KotaLiège.

Satu fitur tambahan yang ternyata sangat bermanfaat bagi kami adalah untuk menyewa kot kadang tidak dibutuhkan bukti finansial. Beberapa landlord kadang meminta parents guarantor atau bukti beasiswa, tapi seringnya sih kalau sewa kot tidak. Dan ini menjadi kelebihan dari apartemen pertama kami.

Saat kami melakukan pencarian apartemen kedua kami, kami mencarinya melalui website Immoweb. Dari rekomendasi rekan-rekanku di kantor, katanya website ini paling umum digunakan untuk mencari apartemen. Ternyata, karena jenis kontrak untuk apartemen yang ditawarkan di Immoweb sifatnya serius (untuk keluarga, jangka panjang, etc.), maka proses aplikasinya pun serius. Dimulai dari kami harus melakukan visit ke unit, lalu setelah visit dan jika kami tertarik kami harus mengajukan aplikasi pengajuan tenant. Intinya kami harus mengisi form yang menyatakan bahwa kami tertarik untuk menjadi tenant di unit tersebut.

Ingat ceritaku kalau kompetisi sewa apartemen di Liège lagi ketat-ketatnya? Selain kami harus bersaing dengan para korban banjir, ternyata ada persaingan fundamental lainnya: persaingan finansial.

Iya, betul. Di form aplikasi kami, kami harus menyatakan beberapa financial statement berikut dengan bukti dokumennya, di antaranya:

  1. Besaran gaji (nett) in total untuk satu keluarga, sambil melampirkan payslip selama tiga bulan ke belakang
  2. Besaran biaya sewa unit yang sedang ditempati, melampirkan bukti pembayaran rent fee 3 bulan ke belakang

Dan berdasarkan dua hal ini, maka jika ada kompetisi untuk penyewa (yang mana selalu ada dan sangat ketat), maka landlord akan memilih tenant berdasarkan kemampuan finansialnya.

Sudah jadi aturan umum di Belgia bahwa harga sewa unit harus lebih kecil dari sepertiga gaji (nett). Misalnya gaji bulanan kita EUR1,000, maka maksimal harga sewa unit kita kira-kira EUR300-400. Bayangkan! Di saat harga sewa properti sedang melambung tinggi, apartemen seperti apa yang bisa kami dapatkan? Untuk dua orang?

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana kalau sebelumnya kami belum pernah menyewa unit mana pun di Belgia? Karena kami foreigner yang baru datang dari luar negeri? Kami tidak punya gaji dari Belgia, kami tidak punya bukti pembayaran unit apartemen? Oh sungguh proses ini akan jadi sangat tidak menguntungkan.

Dan tentu saja yang terjadi semua aplikasi kami ditolak. Yang tidak dijelaskan dengan gamblang adalah bahwa aturan sepertiga gaji itu per orang, bukan per keluarga. Misalnya ada dua anggota keluarga, dengan total gaji EUR2,000, maka apartemen yang bisa kami sewa adalah yang seharga EUR300-400. Karena masing-masing kepala ‘hanya’ punya gaji nett EUR1,000, maka kami ‘hanya’ layak menyewa apartemen dengan harga EUR300-400. Bukan EUR600. (semoga aku menuliskannya cukup jelas). Hal ini sangat tidak menguntungkan bagi kami, kami hanya ada satu income dan status salah satu dari kami adalah pelajar. Sungguh.

Karena aplikasi kami semua ditolak, dan kontrak sewa kami di apartemen pertama habis di akhir Januari kemarin, akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan kontrak sewa di apartemen yang sedang kami tempati. Dengan konsekuensi kami harus bayar lebih mahal dibanding harga sewa tahun sebelumnya karena inflasi dan kenaikan harga energi. :’)

Sungguh ironis karena kami tidak mendapatkan apartemen yang lebih murah karena dianggap income kami tidak cukup, tapi akhirnya kami malah harus menyewa apartemen dengan harga yang jauh lebih mahal, di atas ketentuan sepertiga gaji :’)

Tapi, akhirnya kami coba mencari hikmah. Barangkali harga mahal ini adalah harga yang harus kami bayar untuk kemudahan. Landlord kami adalah orang yang sangat baik, membantu kami dimulai dari saat kami baru tiba di sini sampai sekarang. Juga beliau tidak pernah menanyakan financial statement kami, yang penting setiap bulan kami bisa bayar, tepat waktu. Pun seperti yang kusebutkan di postingan sebelumnya, apartemen kami full-furnished. Kami hanya perlu membawa koper dan rice cooker. Tidak perlu hustle mengisi furnitur, mengurus pendaftaran akun listrik dan internet, dan lain sebagainya.

Dengan demikian, series pindahan ini kututup karena tidak jadi pindah.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s