Refleksi

hidup perantauan barangkali adalah tentang menikmati kesendirian,
kesepian,
dan kesenyapan.
ada banyak perasaan-perasaan yang lebih terejawantahkan
dalam kesunyian.
rasa syukur, kekhawatiran,
juga kedukaan.

ada rasa kosong saat kehilangan,
lebih banyak lagi kebingungan
bisa apa dari kejauhan,
selain banyak-banyak doa dikirimkan.
hari-hari yang dilewati dalam gelap makin-makin meresap ke dalam perasaan.
tapi hidup terus berjalan,
dan hanya di atas kaki sendiri harus bisa bertahan.
maka maju, terus melangkah walau terseok dan perlahan.

jauh dari hingar-bingar kehidupan,
banyak hari dilalui dengan berbincang dengan diri sendiri,
juga (seharusnya) lebih banyak waktu yang bisa digunakan untuk bercengkerama bersama-Nya
Sang Pemilik Kehidupan.
saat tenang yang rasanya dulu sulit didapatkan,
rasanya kini jadi punya banyak keleluasaan.

tentang Ramadan di perantauan.
tidak banyak distraksi akan kesibukan dan undangan.
mungkin jika niat diluruskan,
akan jadi ajang untuk semakin berlomba-lomba dalam kebaikan.
mencari rahmat-Nya juga keberkahan.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s