Serial Korea yang Nyaman di Hatiku

Memasuki semester kedua di tahun kedua ini dengan tergopoh-gopoh karena beberapa kali sakit, lalu malah menjadikan menulis (bukan thesis atau artikel ilmiah sayangnya 😦 ) sebagai pelarian. Pagi ini, sambil menunggu simulasi yang gak selesai-selesai (plis doakan aku bisa selesai dengan baik dan tepat waktu 😦 ), aku kepikiran untuk menulis lagi. Kali ini aku akan mencatat serial korea yang membekas dan hangat di hatiku.

simulasi sudah seminggu lebih belum ada tanda-tanda menuju selesai :(.

Sebagai kisah latar, aku penyimak drama asia sejak dulu. Drama Taiwan, Dorama Jepang, dan tentu saja akhirnya Drama Korea atau Drakor atau sekarang lebih umum disebut K-drama. Dulu, selera drakorku mentok di kisah fairytale di mana si perempuan miskin nan clumsy juga serampangan bertemu dengan lelaki tampan, kaya, dingin, namun ternyata di dalam hatinya begitu hangat dan vulnerable. Tentu saja bumbu-bumbu kawin atau pacar kontrak menjadi semakin menggemaskan. Seperti yang dihadirkan di serial Princess Hours, The Heirs, dan Full House. Kayaknya selama bertahun-tahun, kamus drama koreaku mentok di tiga serial ini. Kalau lagi kepingin nonton drakor, aku akan kembali untuk menonton salah satu dari ketiganya. Sempat coba untuk menonton judul lainnya, tapi seringkali berhenti di tengah dan tidak dilanjutkan.

Sampai akhirnya, di tahun 2019 ketika aku sedang mengambil cuti panjang, aku mencoba untuk menonton salah satu drama korea slice-of-life yang pada tahun sebelumnya sangat ramai dibicarakan oleh masyarakat, yaitu Reply 1988. Sebuah drama yang minim konflik dramatis, namun penuh dengan dinamika kehidupan yang kita temui dalam keseharian. Sungguh kisah pedih anak tengah yang dialami Deokson adalah nyata, karena aku mengalaminya sendiri. Bahkan aku gak sadar bahwa itu adalah ‘masalah’, sampai akhirnya aku menonton serial ini.

Dan sebagai PSA, aku #TimTaek sejak awal, haha. Aku sering bilang ke teman-temanku, kayaknya kalau dulu aku nonton Reply1988 pas masih muda (yaa sekarang udah tua ya?) kayaknya aku #TimJungpal, karena perasaan penasaran tarik-ulur gemes-gemes itu yang menarik bukan? Tetapi, karena aku nontonnya di late 20s dan aku sudah menikah, aku prefer Taek. Aku butuh kepastian dan tidak menebak-nebak. Tapi, yasudah tidak perlu ikut perdebatan. Dinikmati aja vibes dan kisahnya.

masih jadi drama nomor 1 dan yang paling sering diulang akhir-akhir ini

Sejak saat itu, seleraku akan drakor berubah drastis. Entah karena Reply 1988, atau karena kehidupan orang dewasa yang begitu pfiuh… yang membuatku mencari sesuatu yang lebih.. nyaman dan tenang. Dari yang sebelumnya aku menonton kisah Cinderella, sampai akhirnya aku hanya suka kisah kehidupan sehari-hari.

Di artikel kali ini, aku akan sedikit mencatat dua drama korea slice-of-life yang membekas dan hangat di hatiku. Yang beberapa di antaranya kutonton berkali-kali. Aku masih seperti dulu, susah memulai atau mencoba serial baru. Selalu lebih memilih menonton kembali hal yang aku tau aku suka, jadi daftar yang aku tuliskan di sini cukup exhaustive dan limited. Karena pembendaharaan drakorku cukup terbatas 😀

Because This is My First Life

Masih rada tipikal kawin kontrak dan kisah Cinderella

Sebenarnya premis cerita ini masih mirip dengan seleraku sebelumnya, kisah Cinderella dan kawin kontrak. Mungkin karena dikemas dengan gaya yang lebih reflektif, bukan sekadar romansa atau selipan komedi seperti judul-judul sebelumnya, sehingga aku merasa drama ini cukup nyaman.

Di setiap episodenya, selalu ada selipan pemikiran dari para tokoh utamanya. Mengapa mereka mengambil keputusan tersebut, apa yang mereka pikirkan atas sebuah kejadian, dan lain sebagainya. Juga mungkin karena genre serial ini agak-agak slice-of-life jadi terasa lebih dekat dan tidak mengada-ada.

Be Melodramatic

jangan terkecoh dengan posternya yang sungguh pinky cerah ceria.

Beberapa temanku menganggap serial ini membosankan. Mungkin karena lagi-lagi serial ini banyak adegan-adegan reflektif dari para tokoh utamanya. Bercerita tentang keseharian tiga sahabat di usia memasuki 30 tahun, beserta segala pilihan hidup dan konflik kesehariannya. Barangkali juga dua drakor di atas ini aku suka karena aku menontonnya di usia yang relate. Menuju usia 30 tahun. Konflik-konflik batin yang menerjang kala masuk kepala tiga.

Merasa sudah (seharusnya) bisa sendiri, tapi masih gamang juga karena tidak ada sekolah yang benar-benar mengajarkan bagaimana harus jadi orang dewasa yang pageuh dan ajeg. Persahabatan di usia tiga puluhan yang kerap kali sulit karena masing-masing sudah punya kehidupan yang jadi tanggung jawabnya.

Mungkin tambahan satu drama lagi yang paling baru yang barangkali akan masuk list, tapi mari kita liat karena aku sampai sekarang belum selesai. Tapi, aku tuliskan di sini karena di awal nonton aku mendapatkan perasaan nyaman mirip seperti yang kurasakan di drakor sebelumnya.

Our Beloved Summer

Springy summer vibe jadi inspirasi outfitku

Yang ini tentunya paling terbaru. Akhir-akhir ini aku juga makin jarang nonton drakor, karena gak bisa berkomitmen dan attention span lagi pendek banget untuk hal-hal di luar kerjaan (bukan sok-sokan, tapi kayaknya udah lelah aja sama tugas dan pekerjaan). Jadinya aku lebih sering nonton video pendek-pendek di youtube atau nonton film sekali habis.

Banyak drama korea yang baru-baru ini keluar dan aku lewatkan. Terakhir aku menonton Nevertheless, tapi berhenti tengah jalan dan akhirnya sempat kuselesaikan dengan speed 2x (haha).

Waktu drama OBS ini keluar, entah kenapa aku penasaran. Barangkali karena ada sisi art-nya? Haha sok nyeni. Gatau deh, tapi yang pertama kali bikin aku tertarik gara-gara ada salah satu following aku di instagram yang ngeshare akun instagram ilustrator asli dari gambar-gambarnya Choi Ung di OBS. Duh, aku tertarik banget. Karena ilustrasinya kebanyakan city view & buildings.

Pas nonton, kok nyaman?

Terus karena premisnya rada-rada nostalgic dan growing up begitu, jadi bikin aku reflektif juga. Jadi mikir sendiri, kalau aku dihadapkan dengan orang dari masa lalu (yang pernah mengisi hidupku, apakah itu platonic relationship atau persahabatan, aku bakal bagaimana ya? Adakah unfinished business or feelings dalam kehidupanku ini?

Rasanya agak kurang relate sama Choi Ung yang masih menyimpan luka diputusin sebegitunya, tetapi makin ke akhir makin paham. Ada perasaan yang saking dalamnya akhirnya membekas dan terus hidup dalam hati kita.

Menonton OBS membuatku berpikir sendiri tentang bagaimana ya selama ini aku mengelola perasaan-perasaan dan emosi itu? Bagaimana ya itu semua membentukku? Terlalu dalam gak sih aku mikirnya? Hehe.

Dari ketiga drakor di atas, satu hal yang eye-catching buatku adalah: APARTEMENNYA. duh apartemen di serial korea kok makin ke sini makin ngabibita.

duduk bareng sahabat nonton TV, suatu hal yang sudah jarang terjadi tentunya di usia 30-an
dapur dan ruang makan yang menyatu, dengan earth-tone jadi andalan
yang ini rada modern tapi tetep compact dan fungsional
Apartemen Choi Ung yang katanya terlalu rapih untuk sebuah tempat tinggal seorang ilustrator

Okeh segitu aja. Sedikit, bukan? Sekarang aku rada penasaran sama 2521 karena katanya bagus dan vibe-nya seperti Reply1988. Tapi, sayangnya di sini belum rilis. Jadi mari ditunggu saja untuk ditonton setelah Ramadan selesai!

Advertisement

One thought on “Serial Korea yang Nyaman di Hatiku

  1. Aku tim Jung-Pal tapi Cha, mwahahaha.. Karena gemes liat Taek meuni leuleus kitu. Suka aja sama cowo konyol daripada yang diam2 ajah

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s