Hi, kembali lagi dengan kisahku bersama administrasi melewati border negara. Kembali lagi kepada salah satu tujuan awal dari blog ini dibangun, yaitu berbagi informasi yang kiranya bermanfaat untuk orang lain. Kali ini aku akan bercerita tentang pengalamanku melakukan perrjalan ke UK dari Belgia sebagai warga negara Indonesia.
Sebelum aku ke sana, mungkin di postingan ini aku mau cerita dulu, ngapain aku ke UK?
–
Selama dua tahun periode doctoral training, aku harus menyelesaikan 30 credits perkuliahan. Selama menjalani fase doctoral training, titelku adalah PhD student. Kalau lulus doctoral training, titelku akan berubah menjadi PhD candidate.
Ada banyak cara yang bisa kulakukan untuk menyelesaikan 30 ECTS tersebut. Aku bisa mengambil mata kuliah di fakultasku (HEC Liège), atau mata kuliah dari fakultas lain yang kiranya relevan dengan topik risetku, atau mata kuliah dari kampus lain di Wallonia yang bekerja sama dengan kampusku, atau opsi yang paling akhir, aku bisa mengisi 5 ECTS-nya dengan mengambil short course di PhD school.
Sebenarnya aku sudah dua kali berpartisipasi di PhD school, yaitu dari summer course yang diberikan oleh TU Berlin dan spring school yang diadakan oleh Aarhus University. Kedua courses tersebut aku ikuti secara online. Namun, dari hasil deliberasi ketua jurusanku, diputuskan bahwa kedua courses tersebut tidak bisa dimasukkan ke dalam credits doctoral trainingku.
Rencana awalnya adalah di tahun kedua doctoral trainingku, aku mengambil 3 mata kuliah, yang akan memenuhi 20 ECTS sisa yang harus kuselesaikan. Dua di antaranya adalah mata kuliah dari fakultasku, satu lagi mata kuliah dari fakultas lain di kampusku. Namun, aku masih kepikiran untuk men-drop mata kuliah yang terakhir karena aku takut bebanku terlalu berat. Jadi ketiga mata kuliah ini harus kujalani selama semester genap. Ketiganya ada project. Plus, selama semester genap beban mengajarku lagi di puncaknya. Aku harus TA dua mata kuliah, yang mana keduanya ada projects, artinya aku harus rajin memberikan help session. Juga aku harus mengajar tiap pekan. Membayangkannya saja aku sudah deg-degan! Jadi aku berusaha mencari summer/spring school sehingga aku bisa men-drop salah satu mata kuliah di atas.
Sekitar bulan Oktober 2021 yang lalu, supervisorku meneruskan sebuah email yang berisi informasi tentang beberapa PhD school. Jadi, selama dua tahun pertama studi doktoralku, aku harus menyelesaikan doctoral training. Di email tersebut supervisorku bilang “The one in Nottingham seems interesting. Could you check more and say me if you are interested?“. Pas aku buka website-nya, wah ini menarik sekali. Cocok dengan topik risetku. Judul Phd Course-nya: Heuristic dan Optimisation Learning. Sesuai dengan arah risetku yang rencananya (insyaAllah) mengaplikasikan metode heuristic atau metaheuristic untuk memecahkan permasalahan yang jadi fokus studiku. Course ini diadakan oleh Computational and Optimisation Learning (COL) Lab, University of Nottingham.
Mungkin salah satu alasan aku kepingin sekali ikut course ini adalah (dan semoga tidak membuat niatku jadi tidak lurus niat) adalah karena course ini akan diadakan secara face-to-face yang artinya aku akan berangkat ke UK. Pertama, adalah sebuah kesempatan yang baik untuk PhD student untuk bisa mission ke luar kampus sehingga bisa belajar lebih banyak dan memperluas network. Kedua, jujur saja aku sebenarnya tidak pernah berani bermimpi untuk menginjakkan kaki ke UK, juga US. Ada perasaan inferiority yang membuatku merasa, aku tidak cukup posh untuk bisa diterima di UK. Haha, aneh bukan? Tapi, itulah aku. Si minderan dan overthinker. Tapi, tentu saja motivasi paling utamanya adalah: supaya aku bisa drop salah satu kuliah di kampusku!
Mulailah dari situ aku mulai cari-cari tau, bagaimana cara mendaftar course tersebut dan apa-apa saja yang harus disiapkan. Course ini dilaksanakan selama 5 hari, dan ada evaluasi akhir. Saat kukonsultasikan dengan ketua jurusanku, Alhamdulillah-nya juga course ini bisa mengisi 5 ECTS-ku dan aku tidak perlu lulus evaluasinya. Partisipasi di course ini sudah cukup, Hamdallah! Sewaktu aku sedang cari-cari informasi tentang course ini, tiba-tiba ketemulah aku informasi kalau ada bursary atau scholarship yang disediakan oleh EURO (The Association of European Operational Research Societies). Si bursary ini diberikan ke sekitar 10 kandidat, masing-masing satu orang dari satu negara. Besaran bursary-nya dalah £500, untuk biaya registrasi dan akomodasi. Untuk sisanya (transportasi dan living cost), aku bisa mengajukan scholarship lain dari kampusku.
Kebetulan dari research groupku ada dua orang yang mendaftar, yaitu aku dan salah satu kolegaku. Awalnya aku cukup deg-degan bagaimana kalau aku tidak dapat EURO bursary? Sebenarnya scholarship dari kampusku mungkin cukup-cukup saja dan kemungkinan besar aku dapat (dan memang pada akhirnya aku dapat), namun karena aku harus apply visa, aku berpikir sebaiknya aku punya dua sumber dana, supaya bisa lebih fleksibel (terbukti pada akhirnya benar hehe).
Rezeki dari Allah ya, akhirnya aku dan temanku, dua-duanya dapat EURO bursary! Artinya dua students dari Belgia, bukan hanya satu! Sungguh ya, sesuatu.-
–
Setelah ada kepastian akan bursary dan admission dari course-nya, langkah berikutnya adalah.. aplikasi visa!