hari ini aku duduk lagi di sini, di meja kerja di kamarku, setelah semuanya terjadi.
hari ini, seperti selama beberapa hari ke belakang ini, aku mengamini dengan pasti bahwa kematian bukanlah akhir.
bukan hanya untuk yang pergi, namun juga yang ditinggalkan.
kematian adalah sebuah bentuk hidup yang baru, baginya di alam lain, bagi kita yang ditinggal dengan perspektif lain.
aku pernah baca ntah di mana yang mengatakan bahwa: “ada dua kejadian yang akan mengubah hidup manusia, kelahiran dan kematian“.
orang tua ikut terlahir kembali saat anak pertamanya (atau mungkin anak-anak berikutnya) terlahir, dan aku selalu berulang kali terlahir kembali setelah orang-orang terdekatku pergi meninggalkanku. kali ini bapakku.
kali ini aku menghidupi kelahiran baruku sesimpel menyadari bahwa kali ini kiriman pesan di setiap perjalananku berkurang satu. seperti kehilangan satu pijakan kaki, rasanya aku sedikit pincang. bahwa penopang kepercayaan diriku di duniaku hilang satu.
ada lubang di hatiku yang sampai kini kerapkali mencelos, ntah apakah akan terisi kembali.
baru kali ini aku merasakan patah hati sebegininya, aku sampai bisa melihat gambar yang jelas di kepalaku bahwa hatiku patah. tidak hancur berkeping-keping, tapi patah.
di kehidupan yang baru ini, kehidupan tanpa bapakku, baru sekarang aku memaknai ucapan “semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan” dengan arti yang berbeda.
bukan hanya menjadi kuat menghadapi kesedihan dan kehilangan, namun juga menjadi kuat melanjutkan sisa-sisa kehidupan almarhum, menjalani hidup yang baru ini tanpa almarhum.
ada banyak pertanyaan, namun yang bisa menjawab sudah tiada.
di saat inilah keimanan menopangku. bahwa selama ini aku berdoa dan menghamba kepada sesuatu yang tak kasat mata, aku toh berdoa juga. aku percaya selalu Ia ada dan menjagaku. begitu juga sekarang, aku mengimani bahwa Tuhan tlah menyiapkan diriku untuk tetap bisa menjalani hidup yang baru ini, sesuai tujuanku diciptakan, dan dengan sebaik-baiknya.
kematian adalah pengingat bagi kita yang masih diberi hidup di dunia. bagaimana kita akan hidup dan bagaimana kita akan mati.
Turut berduka cita ya, Cha… pernah baca juga, ‘What is grief, if not love persevering?’ Semoga selalu diberi kekuatan ya Cha..
LikeLike
terima kasih sekali lagi ya Alice. indeed, masih berusaha menerjemahkan dan mengejawantahkan dengan baik rasa duka ini..
LikeLiked by 1 person
Turut berduka cita. Memang salah satu beban merantau adalah ketika ada kabar buruk dari rumah dan kita ngga bisa gampang pulang.
LikeLiked by 1 person
Terima kasih Mbak. Betul banget, kemarin aku langsung ambil penerbangan tercepat yang aku bisa, walau tetep ga kekejar juga untuk ikut pemakaman alm secara langsung.
LikeLike