Ambisi

Ada anggapan bahwa sekolah tinggi-tinggi itu artinya aku ambisius. Mungkin seperti anggapan pada (perempuan) yang lain berada pada jabatan tinggi adalah seorang yang ambisius. (selipan pertanyaan: kalau aku laki-laki, apakah kata ambisius itu kan melekat di diriku? :D)

Aku coba pikir-pikir lagi, dimulai dari mendefinisikan apa sih itu ambisius? Dan apakah aku ambisius? Kemudian, setelah aku renungkan (gak terlalu) matang-matang, aku merasa aku bukanlah orang yang ambisius.

Pada akhirnya aku memutuskan untuk mengusahakan sekolah lagi bukan untuk meraih sebuah pencapaian tertentu, misalnya gelar. Tetapi, dengan memilih untuk berada di lingkungan akademik (khususnya pendidikan tinggi), mau tidak mau ‘tuntutan’ untuk sekolah lagi dan terus belajar mengembangkan keilmuan selalu ada. Exposure terhadap scientific environment jadi sangat terasa dan makanan dalam kehidupan sehari-hari. sehingga kurasa keinginan untuk sekolah lagi itu…normal-normal saja. Bukan suatu hal yang tidak biasa apalagi luar biasa.

Tentu saja aku berharap fase ini semoga bukan untuk menjawab pertanyaan: ‘kapan S3?’ atau ‘katanya dosen, tapi kok belum S3?’. Tetapi rasanya saat ini, keinginan untuk sekolah lagi adalah keniscayaan untuk berkembang. Berkembang apa? naik jabatan? tunjangan yang lebih tinggi?

Buatku pribadi, kembali lagi pada tujuan utama peranku sebagai bagian dari civitas akademika adalah menyampaikan serta mengembangkan ilmu dan pengetahuan. Untuk bisa melakukan itu dengan baik dari tahun ke tahun, maka rasanya wajar kalau aku terus memperdalam serta meningkatkan pemahamanku. Tidak pernah aku lupa, beberapa momen yang membuatku berkecil hati dan merasa bahwa: had I learned this more deeply, had I understood this more thoroughly, I wish I could explain better, I wish I could write with more convincing arguments, et cetera.

Jadi, apakah aku ambisius?

Jika kupikirkan lagi, aku bahkan tidak pernah punya jawaban bahkan mungkin tidak pernah benar-benar memikirkan jawaban untuk pertanyaan “what would you be in 5 years from now?” (kecuali jawaban mengarang indah untuk interview kerja, tentu saja). Who would have known what would happen in the future? Tetapi paling tidak, untuk saat ini, buatku yang penting adalah mengusahakan langkah terbaik untuk perjalanan di depan mata. Doa yang terbaik agar ridha-Nya sejalan dengan semua usaha yang kita lakukan dengan baik.

Advertisement

One thought on “Ambisi

  1. Pingback: Mengapa Aku Terus Melanjutkan Studi? (Part 2) – Slice of Life

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s